Selasa, 26 Maret 2013

SEJARAH Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945

          Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945

15 Agustus 2012
Tiga setengah abad tanah air Indonesia dijajah oleh Portugis, Belanda, dan Jepang. Tiga setengah abad yang sarat dengan penderitaan rakyat pribumi. Pemuda, ulama, dan aktivis pergerakan berupaya dengan segala cara memprograndakan kemerdekaan Indonesia di forum internasional. Penjara dan pengasingan adalah risiko biasa, konsekuensi dari perjuangan. Usaha tanpa lelah itu akhirnya membuahkan hasil saat Jepang (yang saat itu menduduki Indonesia) menyerah pada sekutu. Momentum kekalahan perang yang dimanfaatkan oleh kaum pergerakan. Kemerdekaan Republik Indonesia berhasil diproklamasikan oleh sang dwitunggal Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945.
Berikut adalah kronologis proklamasi kemerdekaan RI:
6 Agustus 1945
Pesawat terbang B-29 milik Amerika Serikat yang terbang di atas kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 sekitar pukul 08.15 pagi melepaskan sebuah bom atom yang populer dengan sebutan “little boy”. Sepersejuta detik kemudian, pijaran api menjilat udara. sebuah bola api raksasa berdiameter sekitar 280 m membumbung ke langit.
Setelah sedetik ledakan, suhu udara di permukaan tanah di bawahnya mencapai 5.000° C. Sampai radius 600 m, suhu masih berkisar 2.000° C. Seluruh kota Hiroshima hancur lebur. Sekitar 85 persen bangunan, tumbuhan, dan lanskap kota hancur lebur, rata dengan tanah akibat sapuan gelombang panas.
7 Agustus 1945
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang Dokuritzu Zyunbi Tjoosakai yang diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dibubarkan diganti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang Dokuritzu Zyunbi Iinkai.
Anggota BPUPKI berjumlah 62 orang dan dilantik pada 28 Mei 1945. BPUPKI menggelar dua kali sidang. Sidang pertama dilaksanakan pada 29 Mei–1 Juni 1945 untuk membahas rumusan Undang-Undang Dasar dan dasar negara. Sidang kedua berlangsung pada 10-17 Juli 1945 yang fokus membahas rumusan Undang-Undang Dasar negara Indonesia.
9 Agustus 1945
Pesawat B-29 Superfortress milik Amerika Serikat yang bertolak dari Pulau Tinian menjatuhkan bom atom berjuluk Fat Man di kota Nagasaki. Dalam sekejap bom itu meluluhlantakkan Nagasaki dan membunuh sekitar 80 ribu orang penduduknya. Bom atom kedua ini menyebabkan Jepang sangat terpukul dan kehilangan kekutan untuk terus berperang melawan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Soekarno dan Hatta selaku pimpinan PPKI serta Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka mendapatkan penegasan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
10 Agustus 1945
Di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio siaran luar negeri yang saat itu terlarang bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya pengeboman Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
12 Agustus 1945
Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
14 Agustus 1945
Tatkala Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke tanah air, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang. Pasalnya. Syahrir berargumen, Jepang setiap saat pasti menyerah kepada Sekutu.
Syahrir juga menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan siap melucuti senjata pasukan militer Jepang di Indonesia. Syahrir juga telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.
Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang telah menyerah. Menurut Soekarno, jika proklamasi kemerdekaan RI dipaksakan saat itu, maka dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno juga mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak PPKI.
Di lain pihak Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang. Karena itu jika proklamasi kemerdekaan dilakukan oleh PPKI maka kemerdekaan Indonesia hanya merupakan hadiah dari Jepang.
15 Agustus 1945
Jepang secara resmi menyatakan menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang yang berkuasa di Indonesia telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan Indonesia ke tangan Belanda.
Setelah mendengar kabar tersebut, para pemuda Indonesia mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo lantas menemui Laksamana Maeda, di kantornya di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan negosiasi mereka di Dalat sambil menegaskan bahwa ia masih menunggu instruksi dari Tokyo.
Sesudah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan PPKI pada tanggal 16 Agustus keesokan harinya di Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD.
Malam harinya, perwakilan pemuda yaitu Darwis dan Wikana menemui Soekarno dan Hatta di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta dan kembali mendesak agar mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 16 Agustus 1945. Namun keduanya tetap menolak ide tersebut dan bersikukuh bahwa kemerdekaan harus dibicarakan oleh PPKI. Suasana bahkan sempat tegang saat Soekarno memersilakan para pemuda untuk membunuhnya jika ia dipaksa untuk melakukan ide tersebut.
16 Agustus 1945
Pada dini hari 16 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat di Asrama Baperpi, Jalan Cikini 71 Jakarta dengan keputusan untuk membawa Soekarno dan Hatta keluar dari kota Jakarta agar tidak terkena pengaruh Jepang. Saat itu pula, selepas Soekarno dan Hatta menikmati santap sahur, mereka “diculik” oleh Soekarni, Yusuf Kunto, dan Syodanco Singgih ke Rangasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi batal dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi “penculikan” terhadap keduanya.
Pada sore harinya, Ahmad Soebarjo _ember jaminan bahwa selambat-lambatnya 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta akan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Syodanco Subeno lantas (komandan kompi tentara PETA di Rengasdengklok) memperbolehkan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.
17 Agustus 1945
17 Agustus dini hari, Soekarno dan Hatta melakukan perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik.
Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir para tokoh pergerakan dan Wakil Walikota Jakarta saat itu yakni Soewirjo. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan, disusul dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

1 komentar:

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers