Minangkabau, Negeri Seribu
Danau
Mendengar
nama Minangkabau maka hal pertama yang akan terlntas di benak kita pastilah
rendang. Memang rendang sudah menjadi trade-mark tersendiri di setiap rumah
makan Padang dan rasanya juga sangat akrab dengan lidah kita. Daerah ini juga
terkenal akan para perantaunya yang menggeluti dunia perdagangan. Ada satu lagi
julukan yang patut disandangnya yaitu 'Negeri Seribu Danau'. Kata seribu memang
bukanlah angka yang sebenarnya tapi hanya kiasan saja. Julukan ini patut
diberikan karena banyaknya danau yang terdapat di daerah ini, diantaranya yang
terkenal adalah Danau Singkarak, Danau Maninjau dan Twin Lakes (Danau Diatas-Danau
Dibawah).
Danau
Singkarak
Danau ini
terletak di dua Kabupaten yaitu Solok dan Tanah Datar. Terbentang sepanjang 21
km yang dimulai dari Desa Sumani dan berakhir di Desa Ombilin. Merupakan danau
yang terluas dibandingkan Danau Maninjau dan Danau Diatas-Danau Dibawah,
mempunyai luas 11.200 ha dengan lebar 8 km. Kedalaman maksimal danau bisa
mencapai 300 m. Tak diketahui kapan danau ini terbentuk tetapi diyakini umurnya
lebih tua dibandingkan Danau Toba.
Panorama di
tepi danau sangat memikat, airnya yang jernih seakan menggoda kita untuk
merasakan kesejukannya. Bila anda ingin berenang, pilihlah tempat-tempat yang
telah ditentukan oleh Pemda setempat, karena ada beberapa lokasi yang dilarang
untuk berenang. Hal ini untuk menjaga keselamatan pengunjung.
Pada musim
libur Hari Raya Idul Fitri, Danau Singkarak banyak sekali dikunjungi baik oleh
para wisatawan lokal maupun para perantau yang kebetulan mudik. Perjalanan
menyusuri danau dengan jalan yang berkelok-kelok serta tebing terjal di sisi danau
sangat berkesan apalagi bila anda kebetulan melihat kereta api pengangkut batu
bara yang lewat dari Sawahlunto menuju ke Padang Panjang.
Menikmati
keindahan danau di pagi hari adalah saat yang paling tepat. Dari kejauhan
tampak samar-samar perahu cadik para nelayan yang sedang menjaring ikan.
Ternyata Danau Singkarak tidak saja indah tapi juga kaya akan potensi ikan air
tawar. Namanya ikan Bilih. Ikan Bilih ini merupakan ikan langka yang hanya
terdapat di danau ini saja.
Menu ikan
bilih goreng sambal merupakan makanan khas daerah ini, mudah dijumpai di setiap
rumah makan yang ada di tepi danau. Rasanya sangat gurih dan nikmat. Semoga
saja ikan bilih ini tidak punah, karena bila hal itu terjadi maka tidak saja
akan mengancam perekonomian nelayan setempat tapi juga akan membuat hambar
kunjungan kita ke Danau Singkarak.
Danau
Maninjau
Danau ini
merupakan danau vulkanik, yaitu terbentuk karena adanya letusan gunung berapi.
Terletak di Kabupaten Agam, tepatnya di Kecamatan Tanjung Raya, yang juga
merupakan tempat kelahiran salah satu ulama kondang kita yaitu Buya Hamka. Maka
tidaklah mengherankan bila nilai-nilai keagamaan masih kuat terpelihara di
daerah Maninjau ini.
Menurut
legenda masyarakatnya, Danau Maninjau terbentuk karena bunuh dirinya bujang
sembilan. Dahulu kala ada sebuah keluarga yang mempunyai 9 anak, delapan
saudaranya telah menikah. Bujang ke-9 jatuh cinta kepada kembang desa lain yang
cantik rupawan akan tetapi kisah cinta mereka tidak direstui oleh salah satu
keluarga. Keduanya tidak mau dipisahkan dan berjanji akan sehidup semati,
akhirnya mereka nekat bunuh diri dengan melompat ke kawah di dekat Desa Bayur.
Lama kelamaan kawah itu terisi oleh air sehingga menjadi sebuah danau yang kini
bernama Danau Maninjau.
Untukmencapai
danau ini agak sulit, walaupun dari kota Bukitinggi jaraknya hanya 36 km tapi
jalan menuju ke sana sangat berliku dan curam. Kita harus melewati Kelok 44
yang terkenal dengan keangkerannya karena sudah sering meminta korban jiwa.
Kelokan itu dinamakan 44 karena sesuai dengan jumlah keloknya. Setiap kelok
memiliki karakter dan kesulitan tersendiri, khususnya kelok nomor 11 dan nomor
5 merupakan dua kelok yang tersulit dilalui karena kondisi jalannya sangat
miring.
Sepanjang
kelok 44 ini kita dapat menyaksikan keindahan Danau Maninjau di bawah sana.
Tampak gugusan bukit yang membentengi danau serta lambaian pohon kelapa seperti
sedang menari di sepanjang tepi danau. Kadang-kadang kita juga bisa melihat
sekawanan monyet yang berdiri di tepi jalan, sesekali mereka menadahkan tangan
meminta makanan kepada pengunjung yang lewat. Hal-hal tersebut kerap menggoda
kita untuk berhenti sejenak di Kelok 44, tapi hal itu tidak mungkin dilakukan
karena akan memacetkan lalu lintas. Untuk itu ada beberapa tempat ideal guna
menikmati panorama Danau Maninjau yaitu dari Embun Pagi atau Puncak Lawang.
Cukup banyak
alternatif hiburan di tepi danau yang dapat kita nikmati, seperti berenang,
memancing maupun naik boat mengelilingi danau. Sayangnya, cukup banyak keramba
para nelayan yang tersebar di sekitar danau sehingga sedikit menganggu
keindahannya. Jenis ikan yang dipelihara biasanya jenis ikan mas, gurame dan
ikan nila. Walaupun demikian, daerah ini tetap menarik untuk dikunjungi.
Twin Lakes
Twin Lakes
(Danau Kembar) atau yang lebih dikenal dengan nama Danau Diatas dan Danau
Dibawah, berada di Kecamatan Lubuk Gumantri. Terletak berdampingan sekitar 1 km
di kedua sisi jalan menuju Alahan Panjang. Untuk mencapainya tidkalah terlalu
sulit, dari kota Padang kita akan menuju kota Solok lalu berbelok ke arah
Alahan Panjang di daerah Selasi. Jalannya mendaki dan berkelok-kelok, jadi
dituntut untuk selalu berhati-hati dalam mengemudi. Mendekati danau udaranya
mulai terasa menusuk tulang.
Daerah ini
teerkenal berhawa sejuk, juga merupakan daerah penghasil sayur mayur seperti
wortel, kol dan kubis yang bermutu tinggi. Danau Diatas mempunyai luas 1720 ha
sedangkan Danau Dibawah sedikit lebih kecil yaitu 1680 ha. Ada sedikit keunikan
dalam pemberian nama danau, dimana Danau Diatas justru di bagian bawah
sedangkan Danau Dibawah justru terletak di bagian atas jalan raya. Hal ini
sering membuat pengunjung bingung untuk menentukan letak kedua danau ini.
Terlepas dari
polemik di atas,kedua danau ini benar-benar menakjubkan.Di sebelah Timur tampak
Danau Dibawah dikelilingi Pengunungan Bukit Barisan. Nampak segerombolan awan
putih seperti berkejaran di atas danau yang berwarna kebiruan. Di sebelah Barat
tampak Danau Diatas dikelilingi oleh pohon pinus, sesekali juga terlihat perahu
nelayan sedang memancing ikan.
Sebelum
pulang ada baiknya kita mampir di kios-kios kaki lima untuk sekedar membeli
buah khas daerah ini yaitu buah markisa. Kita dapat memetik langsung dari pohon
yang biasanya berada tak jauh dari kios-kios mereka. Rasanya yang manis dan
menyegarkan seperti manisnya kenangan dan indahnya kunjungan ke danau kembar
ini.
0 komentar:
Posting Komentar